Kalau orang yang belum datang dan mengenal sepintas lalu, keadaan desa
yang kecil mungil ini, maka orang akan merasa senang dan menaruh
perhatian
Apa dan mengapa demikian? Sejak dahulu desa ini mempunyai hal-hal yang istimewa dibandingkan dengan desa yang berdekatan. Pada umumnya sebagian besar penduduk desa ini hidup berdagang dan sedikit sekali yang mempunyai bidang-bidang tanah seperti desa lainnya.
Namun mengapa penduduknya dalam kehidupan kesehariannya cukup makmur dan lebih tinggi taraf hidupnya?
Hal demikian ini sudah menjadi kehendak Illahi Robbi xxxxx xxxxx.
Sejak tahun 1929 sudah ada gejala-gejala menuju ke arah kemajuan dalam lapangan pendidikan.
Diantara para pembangun dalam hal ini :
1. K. Shofyan
2. H. Mahmud Ali
3. H. Mahzumi Ali
4. Munawar Djaelani
5. Abd. Hamid Ismail
6. Zawawi Syukur
7. Hadi Winoto
8. Sampuni Abdullah
9. Mukaddu Ruthfi
Mulai tahun 1929 - tahun 1959
Nama-nama dari Balai Pendidikan tersebut adalah :
1. Periode pertama berdiri Pondok / Pesantren
2. Periode kedua berdiri Al Abdalyah
3. Periode ketiga berdiri H.I.S.I
4. Periode keempat berdiri P.A.I
5. Periode kelima berdiri Muhammadiyah
Setelah beberapa tahun berdiri Balai Pendidikan berbentuk Pondok Pesantren. Lama-lama mengalami perubahan-perubahan sedikit demi sedikit, maka bergantilah dengan nama Madrasah Al-Abdalyah dengan belum mempunyai gedung dan peralatan yang lengkap. Pengaruh Al-Abdalyah yang mulai berkembang dan pada tahun 1934 muridnya mulai dibatasi karena terbatasnya luas gedung.
Yang pada waktu itu masih dipinjami rumahnya Bapak H. Amin.
Al-Abdalyah berdiri 1932 – 1940 dengan tenaga guru sebagai berikut :
1. K. Sofyan Abdullah
2. Munawar Djaelani
3. H. Mahmud Ali
4. H. Mahzuni Ali
5. Abdullah Sunyoto
6. Mukattam Rufti
7. Tarbi
8. Abd. Hamid Isma'il
9. Tajib
10. R. Subakti
Dengan penuh semangat mereka menggembleng anak didiknya untuk berangkat menuju ke pantai kemajuan dan keunggulan derajat "masyarakat Islamiyah".
Berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian.
Bersakit-sakit dahulu, berenang kemudian.
Kiranya demikianlah semboyan mereka.
Pada tahun 1940 – 1943 berubah menjadi H. I. S. I. (Holland – Indische – School – Islami) yang dipandang lebih maju oleh masyarakat, terutama masyarakat kota. Dalam hal ini menggembuhkan masyarakat Pangkatrejo dan sekitarnya. Apa sebabnya demikian? Karena di sekolah tersebut menjadikan perubahan-perubahan terutama dalam mata pelajaran umumnya, di sana diajarkan Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Kemasyarakatan, Kewartawanan, Mata Pelajaran Agama Bahasa Arabnya dipertinggi dengan pengantar Bahasa Arab, Kerajinannya olahraga dengan berbagai bentuk.
Dengan tenaga guru sebagai berikut :
1. K. Sofyan
2. Munawar Djaelani
3. H. Mahzuni Ali
4. Zawani Syahmi
5. R. Hadiwinoto
6. Muhaddan Rutfi
7. Sampuri Abdullah
8. Abd. Hamid
9. Martini
Dan setelah itu tumbuh menjadi P.A.I (Pendidikan Anak-anak Islam) dengan para pelopornya sebagai berikut :
1. Indarus
2. Abd. Kodir Ibrohim
3. Su'adji
4. Bakur
Berdirinya P.A.I ini dapat dukungan dari pejabat pemerintahan diantaranya Ass. Wadono Kec. Laren Swarsono, namun baru berdiri sebentar terhalang oleh keadaan yang sangat membawa pengorbanan yaitu seperti Militer Belanda I.
Ide Baru Mendirikan Muhammadiyah
Pada suatu saat kira-kira tahun 1950 atas inisiatif orang yang telah mengenyam kemaslahatan masyarakat merasa terpanggil untuk mendirikan suatu badan yang bertugas memajukan dan menjunjung tinggi agama Islam.
Maka timbullah suatu ide di Pangkatrejo untuk mendirikan suatu organisasi masyarakat yang mempunyai fungsi mengatur dan memelihara serta memumpuk kembali perjuangan di masa lalu.
Pendiri badan tersebut diantaranya :
1. Abd. Hamid Ismail (Mantan tenaga lama)
2. Suhari (Peg. KUA Kec. Sekaran)
3. Bayinan Chottob (pedagang dan aktifis)
4. Moh. Hasim Thahir (aktifis)
5. Muchasan Rutbi (Pedangan dan aktifis)
6. Mufti Aziz (pedagang dan aktifis)
Pada akhirnya yang semula belum mempunyai gedung sendiri untuk sekolah dengan gagasan dan para anggota maka akhirnya mengadakan gedung di rumah sendiri, dan gagasan tersebut dari para anggota dan aktifis yang tangguh dan gigi dalam perjuangan diantaranya antara lain :
1. Sukri Wiji (pedagang dan anggota yang paling aktif dalam pembangunan dan juga termasuk pendiri Muhammadiyah).
2. Karim
3. Bajinan Chattab
4. Mufti Aziz
Adapun seorang yang pertama memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 1.000,- untuk membeli rumah sebagai gedung sekolah ialah Bapak H. Affandi. Tapi pada mulanya masih numpang di tanah orang dan akhirnya dapat juga tanah itu terbeli oleh seorang dermawan yaitu Bapak H. Sudkan seharga Rp. 400,- dan gedung bagian depan bantuan dari Bapak H. Affandi.
Demikian asal mula berdirinya balai pendidikan Muhammadiyah.
Dan pada tahun 1959, berdiri pula gedung TK. MELATI yang didirikan oleh Bapak Mufti Kusyairi yang bertempat di rumah Bapak Master (Karena belum punya gedung sendiri) yang kemudian berubah menjadi TK. ABA yang dikelola oleh Aisyiyah juga gedungnya yang semula di rumah Bapak Mastur kemudian pindah dekat MIM dan selanjutnya sekarang berada di Parengan dengan gedung yang megah atas bantuan dari Bapak H. Ruslan (H. Abd. Wahid Al Muham) dengan Bapak H. Mahfud.
Pimpinan Muhammadiyah Silih Berganti
Tahun demi tahun, Muhammadiyah Pangkatrejo silih berganti yang memimpin menurut dasar permusyawaratan antara para anggotanya. Karena masih ikut Cabang Gresik belum terbentuk Ranting maupun Cabang. Dan pada waktu itu Kecamatan Sekaran terdapat kantor Kecamatannya di Desa Pangkatrejo, maka setelah terbentuk Cabang, maka namanya Cabang Pangkatrejo sampai sekarang walaupun Kecamatannya sudah berpindah tempat. Dengan alasan menghormati jerih payah para pejuang yang telah merintis Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo dengan perjuangannya. Belum berdiri Muhammadiyah di Kab. Lamongan, baru di Pangkatrejo itupun kegiatannya ikut Cabang Gresik.
Susunan Kepengurusan Sebagai berikut :
1. Abd. Hamid 1952 – 1954 (Almarhum)
2. Karim 1954 – 1955 (Almarhum)
3. Mahbub (Dari Blimbing / Almarhum)
4. Muhassan Rufbi 1955 – 1957 (Almarhum)
5. H. Zainuddin (1958 – 1963 / Almarhum)
Dan selanjutnya berkat kegigihan para pejuang yang tak pernah padam, maka tahun demi tahun bertambah maju. Selain soal pendidikan, Muhammadiyah telah hidup di tengah-tengah masyarakat yang telah menjalankan kehidupan adat berketurunan dengan menjalankan kehidupan yang jauh dengan ajaran Islam yang benar diantaranya mereka masih percaya dengan kekuatan selain Allah, diadakannya nyadran (sedekah bumi). Dengan berdirinya Muhammadiyah di Pangkatrejo hal yang demikian sedikit demi sedikit berangsur hilang, terutama sedekah bumi hilang total sampai sekarang.
Kalau Muhammadiyah Pangkatrejo telah berdiri beberapa saat, maka barisan mudanyapun tidak mau ketinggalan membangun diri dan berdiri di belakang ayahnya ialah Muhammadiyah. Kalau dulu H.I.S.I didampingi B.P.I, maka sekarang Muhammadiyah dikuati dengan prajurit-prajurit utama yaitu H.W. (Hizbul Wathon) sebagai tangan utama untuk menggerakkan segala usaha yang dijalankan.
Demikianlah HW Pangkatrejo muncul di tengah-tengah masyarakat yang telah ada kemajuannya sebab reklame zaman B.P.I telah terkesan baik. Kalau B.P.I dulu masih mengalami kepahitan kritikan dari masyarakat ramai, maka HW ini mendapatkan sambutan yang layak dan HWpun bisa membentuk persatuan sepak bola (PS.HW) yang sangat terkenal pada saat itu. Dan juga sering mengikuti konfrensi ke Mojokerto dan Surabaya. Penggerak HW pada waktu itu antara lain:
1. Karim
2. Mangun
3. Sufyan
4. As'ad Masykuri
5. Sufyan Widji
6. Tafni
Dengan para anggota H.W. yang cukup besar jumlahnya, H.W. dapat melebarkan sayapnya sekeliling Pangkatrejo diantaranya :
1. H.W. Desa Laren
2. H.W. Desa Sekaran
3. H.W. Desa Sedayu
4. H.W. Desa Kedungpring
5. H.W. Desa Blimbing
Demikian H.W. dengan semangat yang tulus selalu melangkah maju ke depan menuju kejayaannya.
Surat ketetapan dari PP pun bisa diselesaikan dengan baik. Patutlah kiranya hal ini dicontoh bagi para muda yang mengharapkan kemajuan kampungnya.
Tahun berganti tahun akhirnya pemuda Pangkatrejo dapat mendirikan Drum Band yang terkenal dengan sebutan (C.G.T). Luar biasa undangan yang harus dihadiri di masa kejayaannya
Kalau Bapak Mifti Kusyairi sang pendiri TK MELATI Muhammadiyah, maka tak ketinggalan H.W. diprakarsai oleh Bapak Mangun/Almarhum mendirikan Orkes Melati.
Perjuangan Muhammadiyah, Aisyiyah dan HWnya pun mencapai puncak kejayaannya, mulai periode Bapak H. Zainuddin / Almarhum sampai sekarang.
Periode Bapak H. Sofwan Aminul, Bapak Mudhofar Lumani.
Periode Bapak H. M. Fadheli Kaminum (4 periode)
Periode Bapak H. Drs. K.H. Ali Hilmy
yang didukung oleh pimpinan yang tangguh dan bertanggung jawab.
Bukti kejayaan Muhammadiyah dari awal didirikannya ialah :
1. Didirikannya TK. MELATI Muhammadiyah yang sekarang menjadi TK. ABA di Parengan.
2. Berdirinya MIM I Pangkatrejo
3. Berdirinya SMPM 4 Pangkatrejo
4. Berdirinya SAM. 3 Parengan
5. Berdirinya Pondok Al-Arqom Al Islami di Parengan
6. Berdirinya Balai Pengobatan di Parengan (asalnya di Cangkring)
7. Berdirinya ORKES MELATI
8. H.W
9. Dan lain-lain
Dan bergeraknya masing-masing majlis dalam menggerakkan tugas da'wahnya yang sampai sekarang masih berjalan dengan baik disertai sosial yang semakin nampak di masyarakat amar ma'ruf nahi munkar selalu digalakkan sebagai tujuan Muhammadiyah.
Marilah kita teruskan perjuangan Muhammadiyah yang mulia ini dengan tidak mengurangi cita-cita dan tujuannya demi mencari ridho Ilahi.
Jayalah Muhammadiyahku!!
Apa dan mengapa demikian? Sejak dahulu desa ini mempunyai hal-hal yang istimewa dibandingkan dengan desa yang berdekatan. Pada umumnya sebagian besar penduduk desa ini hidup berdagang dan sedikit sekali yang mempunyai bidang-bidang tanah seperti desa lainnya.
Namun mengapa penduduknya dalam kehidupan kesehariannya cukup makmur dan lebih tinggi taraf hidupnya?
Hal demikian ini sudah menjadi kehendak Illahi Robbi xxxxx xxxxx.
Sejak tahun 1929 sudah ada gejala-gejala menuju ke arah kemajuan dalam lapangan pendidikan.
Diantara para pembangun dalam hal ini :
1. K. Shofyan
2. H. Mahmud Ali
3. H. Mahzumi Ali
4. Munawar Djaelani
5. Abd. Hamid Ismail
6. Zawawi Syukur
7. Hadi Winoto
8. Sampuni Abdullah
9. Mukaddu Ruthfi
Mulai tahun 1929 - tahun 1959
Nama-nama dari Balai Pendidikan tersebut adalah :
1. Periode pertama berdiri Pondok / Pesantren
2. Periode kedua berdiri Al Abdalyah
3. Periode ketiga berdiri H.I.S.I
4. Periode keempat berdiri P.A.I
5. Periode kelima berdiri Muhammadiyah
Setelah beberapa tahun berdiri Balai Pendidikan berbentuk Pondok Pesantren. Lama-lama mengalami perubahan-perubahan sedikit demi sedikit, maka bergantilah dengan nama Madrasah Al-Abdalyah dengan belum mempunyai gedung dan peralatan yang lengkap. Pengaruh Al-Abdalyah yang mulai berkembang dan pada tahun 1934 muridnya mulai dibatasi karena terbatasnya luas gedung.
Yang pada waktu itu masih dipinjami rumahnya Bapak H. Amin.
Al-Abdalyah berdiri 1932 – 1940 dengan tenaga guru sebagai berikut :
1. K. Sofyan Abdullah
2. Munawar Djaelani
3. H. Mahmud Ali
4. H. Mahzuni Ali
5. Abdullah Sunyoto
6. Mukattam Rufti
7. Tarbi
8. Abd. Hamid Isma'il
9. Tajib
10. R. Subakti
Dengan penuh semangat mereka menggembleng anak didiknya untuk berangkat menuju ke pantai kemajuan dan keunggulan derajat "masyarakat Islamiyah".
Berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian.
Bersakit-sakit dahulu, berenang kemudian.
Kiranya demikianlah semboyan mereka.
Pada tahun 1940 – 1943 berubah menjadi H. I. S. I. (Holland – Indische – School – Islami) yang dipandang lebih maju oleh masyarakat, terutama masyarakat kota. Dalam hal ini menggembuhkan masyarakat Pangkatrejo dan sekitarnya. Apa sebabnya demikian? Karena di sekolah tersebut menjadikan perubahan-perubahan terutama dalam mata pelajaran umumnya, di sana diajarkan Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Kemasyarakatan, Kewartawanan, Mata Pelajaran Agama Bahasa Arabnya dipertinggi dengan pengantar Bahasa Arab, Kerajinannya olahraga dengan berbagai bentuk.
Dengan tenaga guru sebagai berikut :
1. K. Sofyan
2. Munawar Djaelani
3. H. Mahzuni Ali
4. Zawani Syahmi
5. R. Hadiwinoto
6. Muhaddan Rutfi
7. Sampuri Abdullah
8. Abd. Hamid
9. Martini
Dan setelah itu tumbuh menjadi P.A.I (Pendidikan Anak-anak Islam) dengan para pelopornya sebagai berikut :
1. Indarus
2. Abd. Kodir Ibrohim
3. Su'adji
4. Bakur
Berdirinya P.A.I ini dapat dukungan dari pejabat pemerintahan diantaranya Ass. Wadono Kec. Laren Swarsono, namun baru berdiri sebentar terhalang oleh keadaan yang sangat membawa pengorbanan yaitu seperti Militer Belanda I.
Ide Baru Mendirikan Muhammadiyah
Pada suatu saat kira-kira tahun 1950 atas inisiatif orang yang telah mengenyam kemaslahatan masyarakat merasa terpanggil untuk mendirikan suatu badan yang bertugas memajukan dan menjunjung tinggi agama Islam.
Maka timbullah suatu ide di Pangkatrejo untuk mendirikan suatu organisasi masyarakat yang mempunyai fungsi mengatur dan memelihara serta memumpuk kembali perjuangan di masa lalu.
Pendiri badan tersebut diantaranya :
1. Abd. Hamid Ismail (Mantan tenaga lama)
2. Suhari (Peg. KUA Kec. Sekaran)
3. Bayinan Chottob (pedagang dan aktifis)
4. Moh. Hasim Thahir (aktifis)
5. Muchasan Rutbi (Pedangan dan aktifis)
6. Mufti Aziz (pedagang dan aktifis)
Pada akhirnya yang semula belum mempunyai gedung sendiri untuk sekolah dengan gagasan dan para anggota maka akhirnya mengadakan gedung di rumah sendiri, dan gagasan tersebut dari para anggota dan aktifis yang tangguh dan gigi dalam perjuangan diantaranya antara lain :
1. Sukri Wiji (pedagang dan anggota yang paling aktif dalam pembangunan dan juga termasuk pendiri Muhammadiyah).
2. Karim
3. Bajinan Chattab
4. Mufti Aziz
Adapun seorang yang pertama memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 1.000,- untuk membeli rumah sebagai gedung sekolah ialah Bapak H. Affandi. Tapi pada mulanya masih numpang di tanah orang dan akhirnya dapat juga tanah itu terbeli oleh seorang dermawan yaitu Bapak H. Sudkan seharga Rp. 400,- dan gedung bagian depan bantuan dari Bapak H. Affandi.
Demikian asal mula berdirinya balai pendidikan Muhammadiyah.
Dan pada tahun 1959, berdiri pula gedung TK. MELATI yang didirikan oleh Bapak Mufti Kusyairi yang bertempat di rumah Bapak Master (Karena belum punya gedung sendiri) yang kemudian berubah menjadi TK. ABA yang dikelola oleh Aisyiyah juga gedungnya yang semula di rumah Bapak Mastur kemudian pindah dekat MIM dan selanjutnya sekarang berada di Parengan dengan gedung yang megah atas bantuan dari Bapak H. Ruslan (H. Abd. Wahid Al Muham) dengan Bapak H. Mahfud.
Pimpinan Muhammadiyah Silih Berganti
Tahun demi tahun, Muhammadiyah Pangkatrejo silih berganti yang memimpin menurut dasar permusyawaratan antara para anggotanya. Karena masih ikut Cabang Gresik belum terbentuk Ranting maupun Cabang. Dan pada waktu itu Kecamatan Sekaran terdapat kantor Kecamatannya di Desa Pangkatrejo, maka setelah terbentuk Cabang, maka namanya Cabang Pangkatrejo sampai sekarang walaupun Kecamatannya sudah berpindah tempat. Dengan alasan menghormati jerih payah para pejuang yang telah merintis Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo dengan perjuangannya. Belum berdiri Muhammadiyah di Kab. Lamongan, baru di Pangkatrejo itupun kegiatannya ikut Cabang Gresik.
Susunan Kepengurusan Sebagai berikut :
1. Abd. Hamid 1952 – 1954 (Almarhum)
2. Karim 1954 – 1955 (Almarhum)
3. Mahbub (Dari Blimbing / Almarhum)
4. Muhassan Rufbi 1955 – 1957 (Almarhum)
5. H. Zainuddin (1958 – 1963 / Almarhum)
Dan selanjutnya berkat kegigihan para pejuang yang tak pernah padam, maka tahun demi tahun bertambah maju. Selain soal pendidikan, Muhammadiyah telah hidup di tengah-tengah masyarakat yang telah menjalankan kehidupan adat berketurunan dengan menjalankan kehidupan yang jauh dengan ajaran Islam yang benar diantaranya mereka masih percaya dengan kekuatan selain Allah, diadakannya nyadran (sedekah bumi). Dengan berdirinya Muhammadiyah di Pangkatrejo hal yang demikian sedikit demi sedikit berangsur hilang, terutama sedekah bumi hilang total sampai sekarang.
Kalau Muhammadiyah Pangkatrejo telah berdiri beberapa saat, maka barisan mudanyapun tidak mau ketinggalan membangun diri dan berdiri di belakang ayahnya ialah Muhammadiyah. Kalau dulu H.I.S.I didampingi B.P.I, maka sekarang Muhammadiyah dikuati dengan prajurit-prajurit utama yaitu H.W. (Hizbul Wathon) sebagai tangan utama untuk menggerakkan segala usaha yang dijalankan.
Demikianlah HW Pangkatrejo muncul di tengah-tengah masyarakat yang telah ada kemajuannya sebab reklame zaman B.P.I telah terkesan baik. Kalau B.P.I dulu masih mengalami kepahitan kritikan dari masyarakat ramai, maka HW ini mendapatkan sambutan yang layak dan HWpun bisa membentuk persatuan sepak bola (PS.HW) yang sangat terkenal pada saat itu. Dan juga sering mengikuti konfrensi ke Mojokerto dan Surabaya. Penggerak HW pada waktu itu antara lain:
1. Karim
2. Mangun
3. Sufyan
4. As'ad Masykuri
5. Sufyan Widji
6. Tafni
Dengan para anggota H.W. yang cukup besar jumlahnya, H.W. dapat melebarkan sayapnya sekeliling Pangkatrejo diantaranya :
1. H.W. Desa Laren
2. H.W. Desa Sekaran
3. H.W. Desa Sedayu
4. H.W. Desa Kedungpring
5. H.W. Desa Blimbing
Demikian H.W. dengan semangat yang tulus selalu melangkah maju ke depan menuju kejayaannya.
Surat ketetapan dari PP pun bisa diselesaikan dengan baik. Patutlah kiranya hal ini dicontoh bagi para muda yang mengharapkan kemajuan kampungnya.
Tahun berganti tahun akhirnya pemuda Pangkatrejo dapat mendirikan Drum Band yang terkenal dengan sebutan (C.G.T). Luar biasa undangan yang harus dihadiri di masa kejayaannya
Kalau Bapak Mifti Kusyairi sang pendiri TK MELATI Muhammadiyah, maka tak ketinggalan H.W. diprakarsai oleh Bapak Mangun/Almarhum mendirikan Orkes Melati.
Perjuangan Muhammadiyah, Aisyiyah dan HWnya pun mencapai puncak kejayaannya, mulai periode Bapak H. Zainuddin / Almarhum sampai sekarang.
Periode Bapak H. Sofwan Aminul, Bapak Mudhofar Lumani.
Periode Bapak H. M. Fadheli Kaminum (4 periode)
Periode Bapak H. Drs. K.H. Ali Hilmy
yang didukung oleh pimpinan yang tangguh dan bertanggung jawab.
Bukti kejayaan Muhammadiyah dari awal didirikannya ialah :
1. Didirikannya TK. MELATI Muhammadiyah yang sekarang menjadi TK. ABA di Parengan.
2. Berdirinya MIM I Pangkatrejo
3. Berdirinya SMPM 4 Pangkatrejo
4. Berdirinya SAM. 3 Parengan
5. Berdirinya Pondok Al-Arqom Al Islami di Parengan
6. Berdirinya Balai Pengobatan di Parengan (asalnya di Cangkring)
7. Berdirinya ORKES MELATI
8. H.W
9. Dan lain-lain
Dan bergeraknya masing-masing majlis dalam menggerakkan tugas da'wahnya yang sampai sekarang masih berjalan dengan baik disertai sosial yang semakin nampak di masyarakat amar ma'ruf nahi munkar selalu digalakkan sebagai tujuan Muhammadiyah.
Marilah kita teruskan perjuangan Muhammadiyah yang mulia ini dengan tidak mengurangi cita-cita dan tujuannya demi mencari ridho Ilahi.
Jayalah Muhammadiyahku!!
By : Relawan Kampung Pangkatrejo